Pentingnya Memahami Teori Dasar Bagi Teknisi Elektronik (Tuser)

Beberapa alasannya sebagai berikut:

  1. Menghindari praktek sebelum teori/belajar, misalnya sudah ada teori bahwa listrik dengan tegangan 220V sudah mematikan (nyetrum). Bagi yang belum tahu, mungkin akan kesetrum duluan baru bertanya-tanya "kenapa tegangan sebesar itu bisa nyetrum". Atau kata lain, praktek kesetrum dulu, baru belajar setrum. Atau bersepeda nyemplung got dulu baru belajar naik sepeda.
  2. Dalam bidang servis elektronik, ribuan kemungkinan bisa terjadi. Ketika sparepart banyak dan murah, mungkin ganti elko/part segepok tidak jadi masalah. Misalnya belum bisa menentukan kerusakan FBT, lalu main ganti saja, ternyata berlum terselesaikan (tidak mempan), lalu curiga ic chroma dan diganti, ternyata tidak mempan juga, lalu curiga ic program dan diganti juga ternyata masih belum kelar juga. Akhirnya mentok ganti mesin cina 1 unit.
  3. Terlalu mengikuti peraturan, mengganti nilai/tipe harus sama, padahal pabrik spare part/komponen seluruh dunia ada ratusan yang memungkinkan adanya sparepart yang kompatibel, meski tipe dan dari pabrik yang berbeda.
  4. Rata-rata tuser hanya mengacu pada tegangan (kadang ada yang menyebut "apinya gak keluar"), tidak mengacu pada prinsip kerja dari sebuah rangkaian. Misalnya pada output digital/logic, tegangan tidak selalu ada, kadang ada, kadang tidak, tergantung dari "perintah" dari bagian lain.
  5. Ciri tuser yg berpengalaman/berteori, mengetes tegangan dengan kondisi unit menyala, tes komponen dicopot satu-persatu lebih jarang dilakukan, semua dilihat dari efektifitas waktu dan tingkat kesulitan.
  6. Target tuser berbeda, ada yg harus jadi bagaimana pun caranya, ada yg harus dapat ilmu plus bayaran, barang tidak harus jadi.
  7. Masih banyak lagi contohnya.

Contoh tuser yang kecemplung got dulu :

  • Ketika menservis TV sharp wonder/universe, kerusakan mati standby, tegangan B+ hanya keluar 10V, lalu ngoprek bagian power supply sampai berhari-hari yang kemudian mentok belum kelar, lalu pakai cara cepat dengan di-gacun. Karena digacun, SCR TF321 berikut IC 40M33 terbakar. Padahal seharusnya ketika standby bisa dianalisa dengan teori bahwa tegangan B+ cuma 10V adalah kondisi normal (psu normal).
  • Pada mesin sharp yang sama, ic vertikal menggunakan TDA8357J, IC vertikal ini membutuhkan 2 tegangan sumber (12V dan 45V). Resistor 33ohm sebagai supply 45V sering terbakar. Coba diganti IC vertikal baru ternyata masih terbakar. Secara teori dan analisa pada mesin sharp tersebut, ic vertikal diberi input 2 jalur, input positif (VA) dan input negatif (VB). Bila kedua input tidak seimbang, maka ic vertikal akan berlaku sebagai switch yang akan menghubung singkatkan tegangan 45V ke gnd atau ke 12V. Hal itu bisa terjadi karena ic vertikal tidak jauh berbeda dengan ic audio amplifier atau op-amp (operational amplifier).
  • Servis dengan bermodal internet dan tanya sana-sini. Suatu ketika menemui kesulitan dengan garapan TV, yang pertama kali dilakukan adalah tanya ke google dan teman-teman facebook. Dari beberapa kali bertanya, ada yang menyarankan ganti trafo FBT, ganti ic program, ganti ic kroma, ganti elko-elko, solder ulang, kopi memori dan masuk sermod. Setelah semua dilakukan, akhirnya selesai juga TV-nya dengan total tagihan yang menggiurkan.

Malu bertanya sesat di jalan, tapi tidak semua pertanyaan sudah ada jawabannya, apalagi bertanya kepada pihak yang kurang tepat. Sering kali jawaban harus dicari sendiri, sedangkan mencari jawaban sendiri membutuhkan pengetahuan.

Teknisi/tuser berpengalaman akan hapal komponen mana yang rusak, namanya hapal berarti bila ada produk baru atau desain baru jadi tidak hapal lagi. Sedangkan teori adalah abadi, meski transistor dibentuk seperti bola, tetap saja sebuah transistor. Pengalaman efektif untuk identifikasi, sedang pencarian kerusakan tetap saja membutuhkan teori.

Penulis pernah kecemplung got, terutama pada hal teori teknis yang belum Penulis pahami betul. Jadi yang bisa Penulis lakukan adalah meminimalisir agar tidak selalu kecemplung got karena ketidaktahuan Penulis.


oleh Klinik TV Jepara, kembali ke DAFTAR ISI